Rabu, 20 Januari 2010

Mari Ciptakan Dunia yang Aman dan Nyaman Bagi Mereka yang Punya Bokong Besar!*


Judul : Does My Bum Look Big In This? – Besar Itu Indah
Pengarang : Arabella Weir (alih bahasa oleh Monika Endita Indriani)
Penerbit : Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004
Tebal dan panjang halaman : 272 hlm; 18 cm

Menjadi ramping? Siapa wanita yang tidak ingin? Begitu pun Jacqualine M. Pane alias Jackie. Menjadi ramping adalah obsesinya. Berbagai macam usaha sudah ia lakukan agar dapat mengurangi berat badannya; kelas senam, diet ketat, terapi, hingga mendatangi dokter bedah untuk melakukan sedot lemak!--meski akhirnya tidak jadi. Pikiran mengenai kekurangan-kekurangan tubuhnya membuatnya menjadi tidak percaya diri dan selalu berpikiran negatif.

“Aku ingat sewaktu masih sekolah pernah mengunjungi galeri seni dan melihat lukisan aneh memperlihatkan kotak kardus yang menuruni tangga dan bagian-bagian sepeda yang melayang di udara. Guru kesenian memberitahu lukisan-lukisan itu dibuat saat si seniman, yang tak mampu membeli makanan saking miskinnya, mulai berhalusinasi gara-gara kelaparan. Semoga aku tak membuat lukisan-lukisan semacam itu di kantor. Kurasa Bossy Bowyer takkan menolerir jika aku tahu-tahu melukis jeruji sepeda di tengah presentasi grafik penjualan." (hal. 47)

Ia bahkan tidak mengacuhkan 'sinyal-sinyal' yang diberikan Andy, bawahannya di The Pellet Corporation—tempatnya bekerja sebagai Koordinator Senior Bagian Konferensi, juga Carlo Pozzi, klien Italianya. Setiap lelaki yang mendekatinya selalu dicurigainya sebagai homo.

"Menurut Sally, Andy pasti cowok baik-baik karena ia mau mengurusku dan tak berusaha mengambil keuntungan di saat aku tak sadarkan diri. Tapi katanya kita juga harus melihat dari kacamata laki-laki, seperti yang disimpulkan Dan, bahwa Andy pasti homo. Yah, jika benar, sejujurnya itu amat melegakan, tapi kelihatannya mustahil—kecuali gara-gara melihat tubuhku malam itu, ia jadi tak berselera lagi terhadap wanita." (hal. 61)

Saat berada dalam suatu kesempatan bersama mereka, ia malah menyangka keduanya adalah homo yang saling tertarik, apalagi karena Andy jadi bersikap sensitif padanya karena kedekatannya dengan Carlo Pozzi.

"Baik Andy maupun Carlo tidak saling bicara selama makan malam; mereka pasti saling menyukai. Aku jadi gugup, merasa seperti "si pengganggu" di antara dua orang yang sedang kasmaran..." (hal. 114)

Kenyataan bahwa ia masih lajang di usia pertengahan 30 turut menganggunya. Ia kerap mendasarkan keputusannya pada buku-buku panduan seperti 34 Steps to Make That Man Marry You—34 Langkah untuk Membuat Pria Itu Menikahi Anda. Ia bahkan telah merancang buku panduannya sendiri namun tidak selesai.

Chicklit ini berformat buku harian, jadi siap-siap saja menyelami kehidupan sehari-hari Jackie yang, dengan gaya penulisannya yang kocak dan konyol, bakal memancing senyum bahkan tawa. Dimulai pada tanggal 3 Januari (pas sekali dengan tanggal pertama saya membacanya!) dan diakhiri 31 Desember, kita dapat memantau proses yang dialami Jackie selama setahun hingga ia dapat menerima keadaannya. Tubuh besar bukanlah malapetaka selama masih ada lelaki yang mau mengajakmu bercinta. Eh, bukan. Besar itu indah. Tidak peduli bagaimana bentuk tubuhmu, yang penting sehat dan janganlah itu menjadi penghalangmu dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.

Sungguh inspiratif bagi seorang manusia yang tidak menghasilkan perubahan apapun selama satu tahun kehidupan yang telah dijalaninya. Dan itu berlangsung dari tahun ke tahun...("''-_-)

Maaf, nyolong curhat.

Berlatar di London menjelang abad 21 (menilik dari Katalog Dalam Terbitan-nya), chicklit ini mengingatkan saya pada “Bridget Jones’s Diary”-nya Helen Fielding. Sayang saya belum baca. Semoga di dunia nyata memang ada lelaki-lelaki yang menilai perempuan tidak hanya dari bentuk tubuhnya. Tapi si Jackie itu memang apa menariknya sih? Tidak dijelaskan alasan di balik ketertarikan Andy dan Carlo padanya. Apakah hanya karena selera? Selera terhadap apanya?

Di satu sisi chicklit ini amat menggelikan, menyegarkan, dan memperkaya wawasan akan kebudayaan Barat, namun selalulah sedia filter sebelum keblablasan dan mencoreng moral.


* = dikutip dari halaman 271 dengan sedikit sekali perubahan

sumber gambar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banyak Dibuka

Pembaruan Blog Lain

  • Tempo Nomor 20/XXXI/15 – 21 Juli 2002 - ISSN : 0126-4273 Rp 14.700 Dalam edisi ini, sedikitnya ada 3 kumpulan artikel yang menarik buat saya. Yang pertama adalah… Read more Tempo Nomor 20/XXXI/1...
    4 minggu yang lalu
  • Berkata Tidak - Aku dapat berkata tidak. Ketika aku masih anak-anak, aku takut berkata tidak. Aku melihat orang tuaku menyurutkan cinta dan perhatian mereka bila aku tidak...
    1 tahun yang lalu
  • Tentang Stovia - Tulisan berjudul "Stovia yang Melahirkan Kebangsaan" (*Kompas*, 28/5) telah menyadarkan kita tentang arti penting nilai-nilai kebangsaan yang dibangun para...
    6 tahun yang lalu