Minggu, 24 Maret 2019

Jazz Poet Society yang Entah Jaznya

Screenshoot dari Nurul Maria Sisilia 
Dalam rangka Hari Puisi Sedunia pada 21 Maret 2019 lalu, komunitas-komunitas pencinta puisi di seputar Bandung menyemarakkan acara Jazz Poet Society di Museum Kota Bandung, Jalan Aceh. Hm, mengingatkan pada novel atau film yang dibintangi Robin Williams itu, ya. 

Menurut poster, acara ini diadakan dari pukul 19.00 sampai 21.00. Akan tetapi, saya dan teman-teman baru tiba sekitar pukul setengah delapan malam dan takjub karena disambut oleh pemandangan banyaknya mas-mas gondrong yang berkeliaran di muka bangunan.

Di lorong depan terdapat pula para saudagar buku yang menjajakan dagangannya di meja panjang dekat pintu masuk.

Setelah mengisi daftar hadir, kami memasuki ruangan samping museum. Penampilan sudah dimulai entah dari pukul berapa persisnya. Langsung dari pintu merupakan tempat pembacaan puisi. Di hadapan pembaca puisi telah duduk di lantai banyak penonton. Di salah satu sisi  ruangan terdapat dispenser dan meja panjang yang memuat tumpukan gelas serta plastik-plastik lumayan besar berisi aneka camilan kering, yang sepertinya boleh diambil sendiri.

Urutan acaranya sendiri sebagai berikut (sebagaimana di-copy paste dari suatu sumber ).
Urutan penampil World Poetry Day 
Opening: - Syarif Maulana "Jazz adalah bukan ini bukan itu"
Durasi : 4" 
- ASAS UPI 5" 
- Komunitas Lilin Malam UIN Sunan Gunung Jati 5" 
- (JPS) Dwi Cahya Yuniman, Aprilia Hanifa, Reza Raihan, Gracia Tobing, Syarif Maulana :
"We real cool"
Durasi : 2" 
- KSBB ISBI 5" 
- Aprilia Hanifa, I Give You Back (Fear) Karya Joy Harjo
Durasi : 3”  
- Patrem 5" 
- Adhimas Prasetyo, Sebelum Jaz Berakhir, Sesudah Jaz Berakhir karya Adhimas Prasetyo
Durasi : 5" 
- GSSTF UNPAD 5" 
- Majelis Sastra Bandung 
- (JPS) Dwi Cahya Yuniman, Aprilia Hanifa, Reza Raihan, Gracia Tobing:
For My People Margaret Walker
 Durasi : 5" 
- KPPI (Komunitas Penulis Perempuan Indonesia) 5" 
- Reza Raihan "Askara" karya Reza Raihan
Durasi : 3" 
- Komunitas Celah-celah Langit 5" 
- FLP Bandung 5" 
- Zulfa Nasrulloh, Beluk Belukar Kata, puisi interaktif dengan penonton, 2 tambahan penampil
Durasi : 10" 
- Manjing Manjang 5" 
- Sajak Liar 5" 
- Puspa Sari -- puisi Bahasa Jepang,  "Iroha" --Anonim
Durasi : 3" 
- Pecandu Buku 5" 
- Perpus Apresiasi 5" 
- Syarif Maulana & Gracia Tobing
Puisi terjemahan
"Beternak Penyair" oleh Semi Ikra Anggara
Puisi terjemahan interpretasi "The Poets Breeding" (What's Exactly Inside of A Poetry Translator's Head) Durasi : 6" 
- Ngampar Boekoe 5" 
- Dwi Cahya Yuniman "Life Is Fine" (Langston Hughes) dan "Battle Report" (Bob Kaufman).
Durasi : 5"
Agaknya kami datang ketika penampilan dari komunitas UIN SGD, sebab tidak lama kemudian merupakan penampilan dari JPS dengan puisi "We Real Cool" dari Gwendolyn Brooks (teks beserta analisisnya menurut seseorang dapat diklik dari sini). Puisi dibawakan secara bergiliran kemudian berbarengan dengan cara yang berbeda-beda oleh lima orang sehingga menghasilkan pertunjukan yang unik menarik.

Melihat urutan penampil, tampaknya yang terjadi kemudian tidak urut amat. Sebab, Zulfa Nasrullah--mas-mas bewok tetapi keren dan enggak gondrong jebolan ASAS UPI--yang dijadwalkan setelah FLP Bandung ternyata tampil lebih dahulu.

Jujur saja, saya bukan penggemar puisi walau pernah sok-sokan bikin di masa lalu (#halah). Jangankan bikin, cara mengapresiasinya pun saya tidak tahu. Maka selama duduk manis di pertunjukan perhatian saya teralih ke sana kemari, mulai dari dekorasi ruangan yang bergambar walikota-walikota Bandung sejak zaman kolonial berikut sejarah pendirian kota, para penonton lain, sampai ke gawai pribadi.

Ketika saya mengembalikan perhatian kepada pembacaan puisi, sering kali kata-katanya tidak tertangkap jelas oleh telinga saya. Cara membawakannya pun, ya, tentu saya memendam salut atas keberanian mereka mengekspresikan diri di depan banyak orang, tetapi ....

Perhatian saya baru benar-benar terpikat ketika puisi dibawakan dengan cara yang lain daripada yang lain. Seperti penampilan dari JPS tadi, serta Zulfan Nasrullah yang menyatukan tiga puisi Sutardji Calzoum Bachri dengan beringas juga pak dosen ganteng Komunitas Celah-celah Langit yang dibawakan oleh empat orang mas-mas gondrong dengan kompak namun memiliki karakter yang berbeda antara satu sama lain.

Andai saja punya gawai canggih dengan lensa tajam dan kapasitas gede, penampilan mereka itu patut direkam dari awal sampai tuntas.

Penampilan lain yang agak berkesan yaitu dari Patrem dan Majelis Sastra Bandung. Patrem diwakili oleh mbak-mbak berkacamata dan berbaju merah yang membacakan puisi berbahasa Sunda dari buku karyanya sendiri(?). Bisa dibilang, ini satu-satunya puisi berbahasa Sunda yang saya perhatikan dari acara ini, di antara puisi-puisi berbahasa Indonesia dan Inggris. Adapun Majelis Sastra Bandung diwakili oleh sang maestro, Matdon, dan berkesan karena kata teman saya seperti membacakan jalur-jalur angkot di Kota Bandung lalu saya jadi risi ketika tahu-tahu mendengar ada kalimat yang kurang lebih bunyinya, "sperma masuk ke mulut"--hiii. "Puisi apa sih ini?!" Teman saya juga entah. Sepertinya ini lebih daripada sekadar tentang jalur-jalur angkot.

Eh, mana jaznya, ya? Bukankah nama acaranya Jazz Poet Society? Padahal dalam bayangan ada prasangka pembacaan puisi bakal diiringi oleh permainan musik jaz. Alat musik yang terlihat cuma gitar. Mik saja tidak ada penopangnya, kudu dipegangi oleh akang Syarif Maulana. Jadi, apanya yang jaz? Mungkin itu dijelaskan di opening yang sayang sekali kami lewatkan, sebab judulnya saja "jaz bukanlah ini dan bukanlah itu."

Makanya, kata teman saya, datang ke acara seni itu yang sekalian ada diskusinya, "biar enggak bodo-bodo amat."

Sudah lewat pukul sembilan malam ketika tiba penampilan teman kami dari FLP Bandung. Baru ketika jeda setelah penampilan Manjing Manjang yang diiringi dengan petikan gitar, kami menyelinap keluar meliuk-liuk melewati orang-orang yang duduk. Sayang padahal acara belum selesai, tetapi tidak enak pulang kelewat malam.

4 komentar:

  1. (((Dosen ganteng))) Haha. Tapi sayang beliau baca puisinya tak segannteng rupanya ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. ^^;
      Maaf videonya belum jadi diunggah soalnya pas disetel di laptop pada miring gitu. Masih males ngulik cara ngevertikalinnya XD
      Terima kasih, ya, sudah mampir dan ngomen di mari, Nurul ^^

      Hapus
  2. Wah, siapa tuh dosen ganteng?? Jadi kepo #ups

    Btw, makasih Kakak atas review eventnya. Jadi ga penasaran lagi. Haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. SSSST!!!
      Wkwkwkwk.
      Sama2, Sukma.
      Terima kasih ya sudah mampir dan mengomentari XD

      Hapus

Banyak Dibuka

Pembaruan Blog Lain