Siapakah mau ikut ayo berangkat pergi denganku
Di hari libur sekarang pergi jauh (menuju bulan)
Jangan lupa banyak-banyak membawa bekal
Agar tidak kelaparan di jalanan
Ayo kawan kita berangkat
Naik delman atau onta
Kita ramai-ramai pergi ke bulan
Siapa yang tidak tahu lagu ini?
Setidaknya ada tiga versi yang dibawakan oleh penampil dari generasi yang berlainan.
Untuk pendengar dari generasi Baby Boomer:
Untuk pendengar dari Generasi X yang hilang serta Y yang milenial:
Untuk pendengar dari Generasi Z a-k-a kids jaman now:
Saya sendiri sebagai pendengar milenial mengenal lagu ini dari versi yang dibawakan oleh Klarinet. Lagunya riang bergembira dan saya senang menyanyikannya bersama seorang teman kuliah asal Jakarta Timur dengan mengabaikan tatapan bengong teman-teman yang lain. Tampaknya, cuma dia satu-satunya orang selain saya yang mengetahui lagu ini di lingkungan kampus kami. Malah, kemungkinan lagu ini sampai di telinga saya setelah saya merampok koleksi MP3 dia.
Sepintas lagu ini seperti main-main. Ya, perhatikan saja liriknya. Pergi ke bulan naik delman atau unta? Ke taman kota saja belum tentu tertempuh. Untanya mesti dipinjam dulu dari kebun binatang. Itu pun kalau boleh. Adapun delman bukan kendaraan yang selazim angkot apalagi ojol. Betapa absurdnya lagu ini.
Akan tetapi, jika kita mau mencermati yang ada di balik setiap yang tersuratan takdir, sesungguhnya lagu ini menyiratkan ajakan untuk berperilaku ramah lingkungan.
Kenapa delman dan unta merupakan sarana transportasi yang disarankan dalam lagu ini? Kenapa bukan konvoi dengan motor ala anak-anak muda, atau sewa Gr*b Car ramai-ramai?
Mungkinkah karena, sebagai sarana transportasi primitif, delman--yang biasanya ditarik kuda--dan unta tidak memerlukan bahan bakar fosil sehingga tidak akan menghasilkan polusi apalagi mengacaukan ekonomi akibat ketidakstabilan harga minyak?
Apalagi bulan merupakan tujuan yang sangat jauh dari tempat tinggal kita di bumi. Jika kita pergi ke bulan menggunakan kendaraan yang memerlukan bahan bakar fosil, tentu dampak lingkungan yang diakibatkannya besar sekali. Karena itulah, untuk menempuh perjalanan yang sangat jauh itu, kita disarankan untuk menggunakan kendaraan yang ramah lingkungan saja, yaitu kuda atau unta. Katanya sih jejak karbon kuda memang lebih sedikit daripada mobil. Adapun unta, paling tidak itu transportasi haji yang disebutkan secara jelas dalam Alquran Surat Al-Hajj ayat 27 di samping jalan kaki.
Jangan lupa banyak-banyak membawa bekal
Agar tidak kelaparan di jalanan
Selama perjalanan yang sangat jauh menuju bulan itu tentu kita membutuhkan makanan dan minuman. Bagaimanapun kita harus bawa bekal. Kalau mau praktis, bisa saja kita hanya berbekal uang dan membeli makanan-minuman di sepanjang perjalanan. Apalagi sekarang dengan teknologi uang elektronik, dompet tidak harus tebal dengan uang kertas dan receh. Semua bisa diurus lewat gawai. Asal jangan lupa bawa charger saja.
Tetapi, kalau kita memerhatikan kampanye lingkungan hidup di media-media, mereka suka menganjurkan agar membawa tumbler dan wadah makanan sendiri ke luar rumah. Kenapa?
Lagu ini mungkin bukan untuk diamalkan secara harafiah, maksudnya literally pergi ke bulan naik delman atau unta dengan membawa bekal sebanyak-banyaknya. Kalau mengacu pada artikel Wikihow berjudul "Cara Pergi ke Bulan", delman dan unta sama sekali belum dimasukkan ke sana. Enggak tahu kalau nanti sore. Sedikitnya yang bisa kita ambil dari lagu ini, di samping sebagai hiburan penceria suasana untuk dinyanyikan bersama kawan, yaitu sebagai pengingat agar merenungkan pilihan kita dalam transportasi serta membawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar