Cerita yang kutulis untuk menyenangkan diriku, terkarang selagi bermain dengan si Embul (yang kalau kurus namanya akan berubah menjadi si Engkus sedang kalau sedang-sedang saja ya si Endang--hasil utak-atik nama bersama adikku).
Aku melambai-lambaikan selembar kaos kaki lalu anak kucing itu berusaha menyambarnya dengan kaki depan namun malah mengenai mata kananku. Aku meraung seraya menutupi mataku yang terkena cakarnya itu. Ketika kulepas tanganku, merah di sana.
Dokter menawariku bola mata palsu, namun aku lebih memilih penutup mata ala bajak laut. Aku memakai penutup mata itu ke mana-mana sehingga orang-orang menganggapku eksentrik. Tadinya aku ingin sekalian mengganti tanganku dengan kait dan membeli seekor nuri yang pandai berbicara lalu menjadikan pundakku sebagai tempat bertenggernya, namun setelah kupikir-pikir lagi rasanya belum perlu.
Bagaimanapun juga aku tetap mengasihi anak kucing itu karena dia adalah Kucing Lompat Kesohor Dari Kodya Bandung. Itu nama lengkap yang kuberikan padanya. Untuk singkatnya, aku biasa memanggilnya: Kucing. Aku mencoba untuk melatih Kucing sebagaimana Smiley dalam cerpen Mark Twain, "The Notorious Jumping Frog from Calaveras County", mendidik kodoknya agar bisa melompat paling tinggi di antara kodok manapun di daerah tempatnya tinggal. Mengingat implikasi serius daripada pengalamanku melatih Kucing dengan kaos kaki kapan itu, selanjutnya aku melatihnya selama berjam-jam setiap hari dengan berhati-hati. Targetnya adalah dia harus menjadi kucing yang lompatannya paling tinggi di antara kucing manapun di Kodya Bandung. Bagaimana aku tahu rekor lompatan tertinggi yang diperoleh kucing manapun di Kodya Bandung, itu lain perkara. Saluran Animal Planet pernah menayangkan seekor kucing yang bisa melompat sampai langit-langit. Kalau target itu sudah dapat dipenuhinya, selanjutnya dia harus bisa mencapai atap rumah yang bertingkat dua.
Tidak hanya itu, juga kuajari Kucing trik-trik lain yang menghibur. Kubuat dia berguling-guling, berjumpalitan di udara berkali-kali, menirukan salakan dan gonggongan anjing, memakan habis cicak dan kecoak yang acap dikejar-kejarnya tiap malam, serta pura-pura kaget lalu melompat-lompat miring bahkan zigzag (jumlah lompatannya harus bertambah secara berkala).
Kalau dia sudah mahir, ini akan merintis bisnis "Doger Kucing". Akan kupertunjukkan kebisaannya ini di perempatan-perempatan. Monyet-monyet akan tersingkir. Kucing akan membuktikan bahwa spesiesnya tidak kalah cerdas dari monyet, IQ-nya pun tinggi. Kalau bisnis ini berhasil, akan kubuka Padepokan Doger Kucing yang misinya adalah memberdayakan baik sumber daya manusia maupun sumber daya kucing yang dengan demikian mengurangi jumlah pemuda pengangguran dan kucing pengangguran yang berkeliaran di jalanan, adapun visinya adalah menyemarakkan dunia pertunjukan dengan membuktikan bahwa kucing pun mampu unjuk gigi. Namun sebelum impian spektakuler ini terwujud, terlebih dulu akan kugegerkan panggung Indonesia Got Talent atau acara-apa-itu. Bersiaplah. Lirik lagu The Panasdalam, "Bencong Sapoy", akan berubah. Dari yang tadinya "Wanita sekodya Bandung punya saingan, sejak si Jono jadi bencong" menjadi "Monyet sekodya Bandung punya saingan, sejak si Kucing jadi doger". Judulnya pun akan diganti menjadi "Kucing Sapoy". Karena dengan kemampuannya yang luar biasa itu, Kucing akan disewa untuk tampil di tempat-tempat ternama termasuk Hotel Savoy Homann, hotel peninggalan Belanda yang pernah menjadi tempat menginap para delegasi Konperensi Asia-Afrika pada 1955 itu. Penampilannya akan sangat menghebohkan sampai-sampai yang menontonnya memanjatkan doa, "Ya Allah lindungilah kami dari kucing terkutuk."
Namun melatih Kucing agar dapat mencapai target yang telah kutetapkan membutuhkan waktu berbulan-bulan. Kucing yang tadinya seekor anak lamban laun tumbuh menjadi seekor dewasa. Dia menjadi pemalas dan membosankan. Jika dulunya dia aktif menekuni pelajaran yang kuberikan, kini dia mangkir dan malahan aktif memburu kucing-kucing betina untuk dikawini. Ya, dia telah menjadi semacam playboy komplek.
Pekerjaannya adalah mengencingi setiap sudut rumah dan halaman, termasuk rumah dan halaman tetangga. Kencing kucing jantan lain dia tampal dengan kencingnya sendiri untuk mengukuhkan bahwa segala penjuru RT 01 adalah wilayah kekuasaannya. Aku yakin dia sedang berencana untuk menginvasi RT sebelah. Kalau sudah dikuasainya RT sebelah, dia akan merambah ke RT di sebelahnya lagi hingga lama-lama mencapai satu RW. Kalau sudah dikuasainya satu RW, dia akan meluaskan teritorialnya hingga mencapai satu kelurahan. Dari kelurahan ke kecamatan. Lama-lama sekodya dia kuasai. Di kalangan kucing dia tidak kalah tenarnya dari walikota di mata warga Kodya Bandung. Benar-benarlah dia Kucing Playboy Kesohor Dari Kodya Bandung. Eongannya terdengar makin samar dari malam ke malam; menandakan makin menjauhnya daerah kekuasaannya sebagaimana persangkaanku.
Kucing telah memilih jalannya sendiri dan tampaknya itu mengandaskan harapanku, tapi tidak. Kuduga keturunan Kucing mestilah mewarisi keunggulan bapaknya. Kelincahannya. Kecerdasannya. Kemauannya untuk belajar, sebelum birahi merenggutnya dariku untuk selama-lamanya. Maka kucoba untuk menelusuri kucing-kucing betina yang bisa jadi telah dikawini oleh Kucing. Kupancing mereka dengan makanan agar tinggal di rumah dengan demikian aku bisa memantau kehamilan mereka. Begitu anak-anak itu lahir, kupilah-pilih mana yang kiranya mewarisi ciri yang dimiliki Kucing, dan kubuang sisanya. Kutunggu sampai mereka agak besar dan cukup mandiri--tidak begitu bergantung pada tetek induk mereka lagi, sampai keadaan yang memungkinkan bagiku untuk mulai melatih mereka.
Mungkin karena orang-orang memandangku sebagai seorang eksentrik, yang mula-mulanya karena penutup mataku lalu karena ambisiku untuk mengibarkan industri pertunjukan kucing, aku menjadi tersugesti untuk bertingkah sebagaimana anggapan itu. Aku memang tidak jadi menancapkan kait ke tangan maupun memelihara nuri yang pandai berbicara untuk kupasang di pundak, namun entah ada apa pada keeksentrikanku ini yang membuat seseorang menyatakan ketertarikannya padaku dalam konteks romantis. Barangkali karena penutup mataku. Sesekali kuganti penutup mata yang biasanya hanya berupa potongan kulit berwarna hitam itu dengan potongan kain berwarna cerah yang di atasnya kububuhkan mata-mataan. Aku bisa membuat mata-mataan tersebut dari potongan-potongan kain atau spidol dan krayon atau yang sudah jadi yang dijual di toko-toko yang biasa dilekatkan pada boneka yang bisa bergoyang-goyang kalau terguncang yang bulatnya seperti mata ikan. Yang menyenangkan adalah dengan memodifikasi ukuran aku bisa menempelkan mata-mataan itu sebanyak apapun yang kuinginkan sehingga mataku bisa tampak tiga seperti Dewa Er Lang di sinetron Kera Sakti atau ribuan seperti ikan yang mengalami mutasi akibat limbah Sungai Citarum. Aku juga mengubah warna iris-irisanku sesuka hati. Dia bilang dia menyukai iris-irisanku yang bermotif hitam-putih seperti kulit bola sepak. Dia tidak perlu tahu kalau aku menirunya dari motif lensa kontak Melly Goeslaw kala muncul di infotainment bertahun-tahun lalu.
Namun bagaimana kalau dia semakin dekat lalu kutunjukkan padanya bahwa aku memakai penutup mata bukan untuk bergaya dan di baliknya hanya ada rongga? Dan meski begitu aku tetap menyayangi Kucing yang telah merenggut apa yang dulunya ada di sana, yang memungkinkan semua ini terjadi hingga menginspirasi seseorang untuk menuliskannya.[]
I really enjoy to read all the content is posted on your blog. It’s easy to read, the content is great, and you’re an educated writer unlike most of the blogs.thanks for the post.
BalasHapus