Gambar di-screenshot dari Ipusnas. |
Penerbit Elan Fusia melalui Diandra Kreatif (Kelompok Penerbit Diandra, Yogyakarta)
Cetakan 1, Maret 2019; 2021 (Digital)
ISBN : 978-602-336-918-8, 978-623-240-221-8 (Digital)
Membaca buku ini karena ingin mengetahui kehidupan ketua kelas SMP. Alih-alih, lebih untuk memperoleh referensi mengenai alam batin anak SMP: imajinasinya, logikanya, kosakatanya, tata bahasanya, dan seterusnya. Membaca diary sendiri semasa SMP tidak cukup karena tiap anak memiliki dunia yang berbeda-beda. Jadi ini merupakan perluasan wawasan.
Buku ini merupakan kumpulan cerita pelajar kelas 7 SMP Don Bosco I T.A. 2018/2019 dengan tema "BULLYING". Jumlah ceritanya ada banyak. Panjang halamannya bervariasi. Kebanyakan cukup pendek. Tidak sedikit tulisan yang sangat singkat sekali bahkan menggantung, seakan-akan si penulis sesungguhnya tidak tahu mau mengarang apa asal ada yang dikumpulkan saja ^^; (Jangan-jangan ini tugas mengarang untuk pelajaran Bahasa Indonesia.) Cerita pada umumnya mendukung atau, paling tidak, menampakkan ada usaha untuk mengait-ngaitkan dengan tema yang ditentukan. Namun ada beberapa cerita yang sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan bullying, seakan-akan si penulis pada akhirnya sekadar berpegang pada prinsip "tulislah apa yang kamu tahu", sehingga jadilah kisah horor yang diangkat dari pengalaman nyata bahkan tutorial bermain gim Mobile Legend.
Mengenai cerita-cerita yang bersetia pada tema (atau setidaknya ada usaha ke sana), jamak ditemukan tokohnya berpikiran untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri. Entah kenapa saya merasa takjub, jadi mengingat-ingat apakah anak yang jadi korban bullying pada jaman old (atau zaman saya sendiri, dua puluhan tahun lampau ...) juga sudah pada punya pikiran ke situ.
Sebagian cerita tampak mirip dengan satu sama lain: ada yang di-bully, ada yang mem-bully, dan di ujungnya ada solusi sehingga semua berbaikan kembali. Dari sekian cerita yang setema dan setipe, menurut saya, "Keberanian" oleh Roselyn Joe adalah yang terbaik. Cerita ini termasuk panjang di antara cerita-cerita lainnya dalam kumpulan ini, penjabarannya lengkap dan mengalir. Yang membuatnya layak disorot adalah karena adanya uraian untuk mencapai solusi, juga perkembangan karakter si tokoh utama yang menjadi korban bullying. Si penulis Roselyn Joe ini di samping menyumbang lebih dari satu cerita juga merupakan ilustrator, kerap kali gambarnya muncul di ujung cerita karangan teman-temannya.
Cerita lainnya yang menarik yaitu "Keindahan" oleh Maria Gabriella Handoyo. Cerita ini merupakan kisah nyata penulisnya, yang ternyata bukanlah anak biasa. Ia lahir prematur dari seorang ibu yang merupakan manusia mini dan tercatat dalam MURI, pernah juga ditayangkan dalam televisi. Tumbuh besar, ia memiliki bakat indigo. Namun sayangnya, mungkin karena "berbeda", dia jadi dikucilkan di sekolah bahkan oleh guru-gurunya sendiri.
Kemudian ada Zipporah Imogen Divine, melalui ceritanya "Kira", menunjukkan daya ungkap yang mengagumkan buat saya seperti,
"Kira sudah sangat rusak hatinya. Seolah-olah pecah seperti gelas, tidak ada yang mau mengangkat beling-belingnya dan membenarkannya lagi." (halaman 218)
Dalem enggak tuh?
"Akhirnya rasa cintanya ke Kira kembali menyatu dan tidak bisa dikalahkan dengan volume seluruh luar angkasa." (halaman 219)
Penggunaan majas hiperbola yang uuuh ...!
Dalam "Sekolahku", Audrey Cecilia Setiawan memunculkan foreshadowing dengan menyebutkan di awal bahwa si korban bullying tidak punya rambut, baru belakangan terungkap bahwa itu karena ia memiliki kanker. Cerita ini juga berhasil menampilkan kesan gelap yang nyata, dengan si pem-bully dibuat merasa bersalah seumur hidupnya.
Beberapa cerita tampak unik di awal, cuma eksekusinya masih perlu digodok lagi. Bisa dimaklumi jika dalam tulisan anak SMP bahasa masih acak-acakan logika juga kurang jalan, bagi saya jadi hiburan saja ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar