Ia menangis ketika mamanya pergi bekerja. Ia menangis ketika
Mama dan Papa bertengkar. Ia menangis ketika memasuki kamar Simbok. Ia terus
menangis sembari ditepuk-tepuki Simbok sampai ketiduran.
Dengan teman-temannya pun ia tidak dapat bergaul dengan
luwes. Ia lebih suka menyingkir daripada membalas atau sekadar menahan
perkataan mereka tentang dirinya.
Ia malu menjadi anak laki-laki yang sensitif. Ia ingin
menjadi seperti robot: besar, kuat, dingin, tidak berperasaan. Ia menjadi
terobsesi pada robot. Ia suka menonton kartun robot di televisi. Ia mulai
menggambar robot. Lama-lama gambarnya berkembang menjadi komik.
Dalam
komiknya, ia malah membuat karakter robot yang punya hati dan bisa menangis.[]
June 21, 2019
https://kemudian.com/node/279613
Tidak ada komentar:
Posting Komentar