Rabu, 07 Agustus 2019

Menghabiskan Siang di Indahnya UI (yang Lagi Relatif Sepi)

Dua hari lalu, pada sekitar jam yang sama dengan sewaktu saya mulai menulis ini, saya menemui seorang teman. Sudah dua tahun kami tidak berjumpa. Dia menunggu saya di area lobi perpustakaan Universitas Indonesia, tempat meja-meja yang masing-masingnya dilengkapi dua kursi dan di atasnya terdapat rak kecil berisi aneka majalah.

Pertemuan kami bisa dibilang mendadak, baru ditentukan pada hari itu juga. Pagi itu saya diajak ayah saya mengantar adik saya ke kampusnya--UI. Kami berangkat sekitar pukul delapan pagi. Belum jauh dari rumah, ayah saya mengingatkan saya pada teman saya yang mahasiswi UI. Dua tahun lalu, ketika adik saya baru menjadi mahasiswa, saya ikut mengantar juga sekalian bertemu dengan teman saya itu. Saya pun segera menghubungi dia lewat e-mail, karena tidak menyimpan nomornya. Alhamdulillah dia cepat membalas dan memang hari itu dia hendak ke kampusnya, seperti biasa. Kami pun lanjut berhubungan lewat WA.

Saat itu baru memasuki zuhur sekaligus waktu makan siang ketika kami tiba di UI. Saya diturunkan di pinggir jalan menuju perpustakaan, sementara adik saya dan ayah saya lanjut ke Fakultas Teknik. Dua tahun lalu, saya dan teman saya itu juga bertemu di perpustakaan, tapi hanya di pelatarannya dan kami enggak masuk ke bangunan. Kali ini, saya masuk dan terkesima biarpun sudah sedari dua tahun lalu saya tahu bahwa bangunan itu dari luar lebih menyerupai mal dengan kafe-kafe.

Gambar sebelah luar Perpustakaan Pusat UI 
dari artikel "4 Fasilitas di Perpusat UI Ini Bikin 
Melewati kafe-kafe (atau semacamnya) barulah saya melihat bahwa bangunan ini benar-benar perpustakaan, khususnya dengan ruangan sangat luas berisi banyak barisan komputer yang mengingatkan saya pada ruangan yang sering saya masuki dulu--sewaktu mengerjakan skripsi di perpustakaan pusat UGM. Setelah itu, ada banyak sofa hitam mengitari dinding yang meliuk-liuk--sangat menggoda untuk diduduki ataupun ditiduri.

Saya pun menemukan teman saya. Saya menanyai dia apakah mau makan siang. Dia bilang harus makan siang karena penyakit mag dia sudah kambuh. Ups. Saya enggak tahu apa-apa soal tempat makan di UI, selain kantin asrama yang menyajikan banyak pilihan makanan sekaligus banyak pula kucing buta-kurus-enggak-terawat (tapi itu dua tahun lalu, mudah-mudahan sekarang keadaan kucing-kucing di sana telah baik). Jadi saya bilang pada teman saya itu, "Asal affordable. Maksimal dua puluh ribuan lah." (Walaupun sudah bukan mahasiswa, tapi taraf ekonominya justru lebih rendah daripada mahasiswa pada umumnya :v)

Maka si teman membawa saya ke kantin Fasilkom atau Fakultas Ilmu Komputer. Dia mendekati gerobak yang menyediakan menu sate dan sop. Saya melihat daftar harga dan takjub: delapan tusuk sate ayam (atau bahasa Jepangnya "yakitori with peanut sauce") plus nasi sama dengan sepuluh ribu! Saya mau itu. Kami mengantre di dekat gerobak. Setelah menyerahkan uang, si penjual mengerjakan pesanan. Lalu kita mencari meja sembari membawa makanan pilihan kita.

Gambar lapak sate di Fasilkom UI
dari artikel "Seperti Apa 
Rasanya Menjadi Mahasiswa 
Fasilkom UI?"
Memang ukuran satenya agak lebih kecil daripada yang biasa kami beli di dekat rumah. Tapi, delapan tusuk itu sangat cukup untuk memadamkan lapar. Demikian pula porsi nasinya, yang bisa ditambahi kuah tanpa harus menambah rupiah. Di samping itu, ada bonus berupa semut-semut kecil berkeliaran di tepi piring, yang dapat menjadi sedikit asupan protein(?!?!).

Sementara teman saya mulai makan, saya masih berkeliaran. Saya hendak mencari minuman botol, supaya bisa dibawa ke mana-mana. Tapi rupanya yang menjual minuman botol sedang tidak ada--kulkasnya digembok. Saya mencari sampai ke Yoshinoya. Tapi melihat harga sebotol teh luar biasa mahalnya, saya pun urung. Akhirnya saya pesan segelas es sirup markisa seharga lima ribu.

Setelah makan, kami salat zuhur di masjid. Yang paling saya soroti dari masjid ini adalah toiletnya yang bersih dan dilengkapi dengan sabun batang.

Dari masjid, teman saya mengajak jalan kaki ke hutan. Oh, ini yang saya idam-idamkan sejak pertemuan kami dua tahun lalu!

Kami pun melewati fakultas demi fakultas. Teman saya sempat menunjukkan shelter sepeda dan skuter yang untuk meminjamnya harus mengunduh aplikasi dulu. Ah, merepotkan! Bagaimana kalau kapasitas HP sudah penuh, tidak ada kuota/wifi, atau baterainya lagi sekarat/mati? Lebih praktis kalau tinggal meninggalkan kartu identitas, seperti di UGM--paling enggak seperti itulah pada tahun-tahun terakhir saya di sana, 2012-2013. Betapa irinya melihat para mahasiswa/i mengendarai skuter!

Gambar Jembatan TekSas UI dari Mapio.
Toh kami terus melangkahkan kaki. Setiba di Fakultas Ilmu Budaya, kami melalui jembatan untuk menyeberang ke Fakultas Teknik. Di bawahnya ada danau yang cukup lebar. Namanya Danau Mahoni. Pemandangannya sangat indah--so Instagramable!

Di Fakultas Teknik, saya menemukan mobil keluarga diparkir. Saya sempat duduk dan menghubungi ayah saya, hingga teman saya mengingatkan bahwa sebenarnya kami sedang dalam perjalanan ke hutan. Oh, iya. Lagi pula ternyata ayah saya dan adik saya tengah berada di asrama dan baru akan kembali ke fakultas pukul setengah empat sore. Saya dan teman saya pun melanjutkan perjalanan.

Sudah lama saya tidak memasuki hutan. Rasanya kangen. Hutan kampus ini agaknya dibiarkan tumbuh alami. Keseluruhan jalan di dalamnya dilapisi oleh serasah cokelat terang--begitu indah, foto-able--apalagi di area yang cukup terbuka. Ada juga serasah berupa daun-daun hitam, terutama di bagian dalam yang dirindangi tajuk, namun tidak semasif yang cokelat terang. Sesekali ditemukan daun yang cukup parah dimakan ulat--sepertinya.

Sangat tidur-siang-able sekali, bukan?
Sampailah kami di suatu area terbuka, hamparan luas rumput yang agak kering. Terdapat huruf-huruf besar bertulisan: UNIVERSITAS INDONESIA. Di hadapannya ada pulau-pulau tanaman hijau yang membentuk logo universitas. Di seberangnya ada danau. Di atasnya ada jalan raya.

Begitu memasuki area ini, seketika saya ingin merebahkan diri--tidur siang. Apalagi hampir tidak ada orang di sekitar. Kalaupun ada, paling-paling tiga orang laki-laki jauh di seberang danau. Saya pun rebah berbantalkan tas di bawah tajuk lebar, sementara teman saya mencari objek bagus untuk dipotret.

Setelah cukup puas merasakan kedamaian di sekitar waktu asar ini, di tengah alam buatan, baru saya menjelajah. Tempat ini, di samping sangat mendukung untuk tidur siang, juga pas untuk bikin video India-indiaan atau sekadar lari-lari diiringi "Edilizia" Rino de Filippi.


Memasuki waktu asar, kami pun angkat kaki, melewati rute yang sama seperti sebelumnya untuk keluar dari hutan.

Gambar kantin FIB UI dari Deskgram.
Si teman membawa saya ke kantin FIB untuk membeli air minum. Setelah duduk-duduk sembari minum dan mengamat-amati kantin baru yang serupa food court di mal ini, yang mengakibatkan kenaikan harga makanan sebesar 2.000-5.000 rupiah (dengan area makan khusus untuk dosen dan pegawai TU yang menuai protes mahasiswa), kami salat di musala yang ukurannya pas juga kalau dibilang sebagai masjid. Selain itu, di atas area wudu atau cuci tangan disediakan banyak sekali sabun--baik sabun batang maupun sabun cair--seakan-akan satu sabun untuk satu keran. Sudah begitu, ada mesin cucinya pula! Apa boleh mahasiswa menumpang cuci baju di sini? Sepertinya mesin cuci tersebut diperuntukkan bagi pengurus musala. Toiletnya sudah pasti bersih.

Sepanjang perjalanan ini, sesekali kami berpapasan dengan mahasiswa/i yang mengobrol dalam bahasa Korea, juga bule berambut pirang. Enggak heran apabila penampilan salah satu kampus terbaik di Indonesia ini sungguh mentereng: mall-alike, bersih, hijau, tapi masih mengakomodasi mahasiswa missqueen (ingat "yakitori with peanut sauce and rice" seharga ceban plus biaya tinggal di asrama yang sepertinya jauh lebih murah daripada di kos). Semakin menarik ketika teman saya yang mahasiswi sini melengkapinya dengan bumbu berupa isu-isu internal yang berseliweran di balik semua itu ....



Terima kasih kepada Papa yang sudah mengajak.
Terima kasih kepada Adik yang sudah menyetir Bandung-Depok-Bandung.
Terima kasih kepada Teman yang sudah menjadi guide yang baik. (Kunjungi IG dia di @ccpostcard.)
So happy~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banyak Dibuka

Pembaruan Blog Lain