Jumat, 13 Maret 2020

Dekorasi dari Barang Bekas dengan Teknik Mix Media

Yang saya tahu, acara ini akan tentang pengolahan barang bekas menjadi dekorasi. Informasinya hanya berupa teks di grup, tanpa gambar contoh barang. Saya pun asal datang saja pada Rabu (11 Maret 2020) pagi menjelang siang itu (pukul 9.30 WIB), karena cukup tertarik pada daur ulang. Lagi pula, tempatnya yang berada di Gedung Dekranasda Provinsi Jawa Barat cukup dekat atau sekitar setengah jam bersepeda dari rumah saya.

Ketika saya tiba, hampir-hampir tidak ada seraut wajah pun yang saya kenal. Saya pun sekadar celingukan, terutama memerhatikan botol-botol hitam polos yang tergeletak di atas meja-meja yang telah diatur. Saya merasa agak familier; kemungkinan saya sudah pernah melihatnya di suatu acara temu komunitas DIY di Click Square kira-kira tahun lalu. Sedikit yang saya tahu: botol yang bagus atau berbentuk estetis biasanya bekas minuman keras, yang setelah dicat akan dihias.

Sebelumnya, saya sudah mengontak nomor yang tersedia. Katanya, acara ini gratis kalau cuma lihat-lihat, dan bayar kalau hendak praktik. Tentu saja saya memilih untuk sekadar lihat-lihat, huehuehue (ketawa ala orang Brasil). Rupanya, bukan cuma saya yang hendak sekadar menjadi pengamat. Sadar diri, kami duduk di kursi-kursi yang diletakkan di pinggir.

Acara pun dibuka. Tampaknya workshop semacam ini merupakan acara rutin Dekranasda Jabar (IG: @jabardekranasda) dengan tajuk "Rabu Ngelmu!". Jargonnya: "mencari ilmu, berbagi ilmu, dan menebarkan kebaikan".

Dekorasi dengan teknik mix media yang akan diajarkan dalam kesempatan ini tentunya memiliki nilai jual. Kalaupun sekiranya semua peserta hendak menjual barang yang serupa, rezeki sudah ada yang mengatur. Demikian kata-kata yang saya dengar.

Pemandunya Teh Icha, yang memiliki usaha lokal ZeRouNisa Craft (IG: @zerounisaartcraft). Beliau menjelaskan seputar "mix media" yang--menurut penangkapan saya--pada dasarnya menempelkan pernak-pernik macam apa pun pada barang yang hendak dihias, asalkan hasilnya terlihat artistik.

Teh Icha sedang menjelaskan seputar teknik mix media.

Apa-apa serba ditempel!
Seorang ibu-ibu sesama pengamat yang duduk di samping saya mengambilkan contoh dekorasi yang sudah jadi, berupa sebuah kotak berhiasan. Katanya itu kotak bekas wadah ponsel. Saya memerhatikan hiasannya, yang di antaranya terdiri dari: potongan kardus, sekrup, kunci, mur, sampai kasa. Sepintas, tampaknya benda-benda renik apa pun bisa dimanfaatkan. Persoalannya tinggal bisa menatanya sehingga terlihat cantik atau tidak!

Teh Icha bilang, teknik mix media ini aslinya menggunakan bahan-bahan yang mahal. Tapi, agaknya karena sehubungan dengan isu persampahan yang sedang digalakkan oleh pemerintah, maka yang dikedepankan adalah barang-barang bekas atau yang mudah didapatkan di rumah. Contohnya saja, untuk mengecat botol tidak digunakan cat enamel yang katanya mahal, tapi Pylox. Selain itu, seperti yang sudah saya sebutkan pada paragraf sebelumnya, benda-benda renik yang kerap tercecer di lantai bahkan tersapu ke pembuangan ternyata bisa dijadikan berharga dalam kerajinan ini.

Sepertinya karena menggunakan barang-barang bekas itulah maka gaya yang hendak dipakai adalah "vintage". Bukannya saya tahu ada gaya apa saja sih. Saya hanya mencatat yang terdengar, hehehe. Tampaknya gaya vintage ini yang paling simpel. Soalnya ada contoh prakarya yang tampaknya menggunakan bahan dan cetakan khusus sehingga tentulah lebih rumit.

Walaupun yang digunakan adalah barang-barang bekas, nilai jualnya bisa besar. Katanya sih satu botol yang telah dihias bisa dihargai Rp 150.000.

Contoh produk-produk lainnya yang dibawa Teh Icha.
Ada yang sudah jadi, maupun belum.

Barang-barang baru berlabel "Victory".
Nyatanya, dalam workshop ini banyak juga barang baru yang digunakan. Saya memerhatikan di meja depan ada plastik berisi pernak-pernik yang masih terbungkus rapi berikut labelnya. Pernak-pernik tersebut berupa aksesori bunga-bungaan, adapun labelnya menunjukkan Toko Victory yang berlokasi di Jalan Asia Afrika 68. Para ibu-ibu di sekitar saya mengimbuhkan bahwa aksesori semacam ini bisa juga didapatkan di Dunia Baru Otista dan WK Pasar Baru.

Keseluruhan perlengkapan di meja depan (tampak belakang).

Kelihatannya sih seperti yang sekadar tempel sana-sini. Ternyata, dalam praktiknya tidaklah begitu mudah. Biarpun hanya pengamat, saya memerhatikan bahwa ada berbagai teknik yang mesti dikuasai agar hasilnya tidak asal-asalan, mulai dari cara mengecat, menempel, sampai mewarnai.

Mari kita mulai ....

Cat Gesso yang khusus untuk kayu.
Untuk mengecat botol, misalnya. Apabila tidak menggunakan cat yang disemprot seperti Pylox, misalnya cat enamel, untuk membubuhkannya tidaklah dengan kuas tapi spons. Caranya bukan dengan diusap, melainkan ditepuk-tepuk. Cat enamel pun kualitasnya ada bermacam-macam. Semakin bagus kualitasnya, semakin bagus pula hasilnya. Ada pula cat Gesso yang khusus untuk kayu agar pori-porinya tertutup.

Seorang ibu-ibu menggunakan spons
untuk meratakan cat pada permukaan botol.

Sebagian dari aneka kuas dan peralatan.
Meskipun begitu, kuas tetap digunakan. Malah, kuasnya pun bermacam-macam baik menurut bentuk maupun ukuran--demikian yang saya perhatikan di meja depan.  Untuk apa? Saya pikir salah satu kegunaan kuas adalah untuk mewarnai aksesoris, misalnya saja yang berbentuk bunga-bungaan itu. Sayang sekali saya kurang memerhatikan kegunaan lain dari kuas, serta apakah aksesoris diwarnai sebelum atau sesudah ditempelkan pada botol.

Di samping memberikan warna, sepertinya cat juga berfungsi untuk mengeraskan pernak-pernik yang berbahan lemas, misalkan saja kelopak bunga-bungaan tadi.

Cara menempelkan renda pada botol,
rupanya ada tekniknya sendiri.
Untuk menempelkan pernak-pernik pada botol, digunakan lem tembak. Ini pun ada tekniknya sendiri. Yang diberikan lem bukan botol, melainkan pernak-pernik. Contohnya saja, apabila hiasan yang digunakan adalah renda, tentu bahannya lebih mudah menyerap daripada botol. Untuk mengelem renda, bubuhkan pada bagian yang tebal.

Dalam menempel, kemungkinan akan timbul bekas lem yang serupa benang laba-laba sehingga disebut "spider". Untuk membersihkan dekorasi dari spider, tunggu sampai lem benar-benar kering, baru cabuti. Apabila sulit dicabut, spider bisa ditutupi oleh cat.

Pasir Bali juga bisa digunakan sebagai bahan hiasan. Di samping itu, ada sebuah wadah plastik berisi cairan putih berbau menyengat yang mengundang penasaran. Tutup wadahnya sih bertulisan "Doff". Tadinya saya mengira Doff ini lem untuk melekatkan Pasir Bali. Setelah saya telusuri sekilas, sepertinya Doff itu sejenis cat alih-alih lem. Jadi bagaimana cara menempelkan Pasir Bali dan kapan Doff digunakan. Sayang sekali, saya tidak sempat menanyakannya lebih lanjut.

Pasir Bali dan Doff yang mengundang penasaran.

Semula botol dan pernak-pernik dicat dalam satu warna, yaitu hitam. Pada tahap terakhir, barulah digunakan warna yang bermacam-macam. Teh Icha memberikan contoh cara memberikan warna dengan jari. Memang sejak awal beliau sudah mewanti-wanti, dalam membuat kerajinan ini, "Jangan takut kotor!"

Teh Icha menunjukkan cara menghias dengan cat dan jari,
dan ketika salah seorang peserta mempraktikkannya.

Aneka cat yang digunakan
untuk memperindah.
Cat yang digunakan untuk menghias adalah akrilik dengan nuansa metalik sehingga menghasilkan efek mengilat. Cat Duco untuk kendaraan pun boleh saja dipakai.

Di antara kebanyakan peserta ibu-ibu, ada juga beberapa orang mas-mas yang datang. Sepasang jauh-jauh dari Cililin, sedangkan sepasang lagi sudah saya kenal dari acara Dispora. Yang sepasang dari Cililin itu tahu-tahu saja menghilang, ketika yang sepasang lagi diberikan kesempatan untuk turut mencoba secara cuma-cuma. Mereka diberikan sebuah botol berikut pernak-pernik dan lem. Karena mereka satu-satunya (atau dua-duanya) wajah yang sudah saya kenal, maka sering kali saya menongkrong dekat keduanya sehingga lebih leluasa untuk mengamati dari dekat bahkan mencampuri, hehehe.

Mas-mas bekerja sama mempercantik botol.

Di samping itu, saya juga kejatuhan peran sebagai juru foto dadakan. Ada saja ibu-ibu yang minta tolong dipotret bersama botol yang dihiasnya 

Hasil karya peserta yang sudah jadi.
Yang sebelah kiri (botol ceper) karya ibu-ibu,
yang sebelah kanan (botol bundar) karya mas-mas.

Setelah mengamati caranya, terkesan bahwa mendekorasi barang dengan teknik mix media itu gampang-gampang susah, ya. Kalau memang tersedia alat dan bahannya di rumah, yang selama ini tidak termanfaatkan, kenapa tidak mencoba membuatnya? Lagi pula, benda ini tidak mesti sekadar jadi dekorasi penadah debu, tapi juga dapat bernilai fungsional. Apabila menggunakan botol sebagai media, tinggal buka saja penutupnya. Masukkan sedikit air dan beberapa tangkai bunga, jadilah vas yang cantik!

Kalau punya produk layak jual, apalagi berkarakter kejawabaratan,
boleh lo diajukan ke Dekranasda Jabar. Mereka akan melakukan kurasi
lalu memberitahukan apakah produkmu bisa dipajang di ruangan ini.



Penataan foto-foto dalam tulisan ini terbantu berkat sebuah artikel tentang cara menggabungkan foto di Paint; petunjuknya sangat mudah dipraktikkan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banyak Dibuka

Pembaruan Blog Lain