pikiran-pikiran
seperti serpihan-serpihan
tahi yang mengambang
di septic tank
perasaan-perasaan
seperti atom-atom yang berloncatan
memicu ledakan
dua puluh tahun dari sekarang
kau akan duduk di balik instrumenmu
tak bercukur, tak ingat sedari kapan tidur
dilatari senja sekelam kini
sibuk mengatur jari-jari pada kedua belah tanganmu
mana yang membuat nada
mana yang membuat asap
katamu, biar sudah jadi musisi
dibayar mahal
tetap latih jemarimu
seakan pesan pula untukku
bahwa hidupmu dan hidupku akan sejalan beririsan
pemilik hati tak bertuan
Elza Soares menyambar-nyambar telinga
dalam "Mas Que Nada"
segar sangar menggelegar
dalam kepalamu dulu kau simpan piano bernama Bumblebee
kini sebuah stereo
sekonyong-konyong dicengkeram dadaku dari sebelah dalam
mataku dicengkam
diperas, dibikin genangan
batinku, Tuhan, kalau aku mesti punya alasan untuk hidup sampai dua puluh tahun lagi,
biarkan aku tumbuh bersamanya
sembari sosokmu samar-samar memudar
membawa rasa yang tak lagi bicara
senyaring dulu
sembari usapanku pada muka
selanjutnya "Keong Racun"
terngiang aransemennya dalam orkestra brass
Winamp tahu itu penghiburanmu
penghiburanku juga
tapi aku malu, kuganti saja
Halo, Halo, Halo! (1/2) (Yasutaka Tsutsui, 1979)
-
“Aku boleh beli pakaian baru, sayang?” tanya istriku. “Sudah dua tahun aku
tak beli pakaian baru.”
“Benar,” sahutku memberengut.
Aku sendiri perlu setel...
1 hari yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar