Grace Paley. Sepertinya karya-karyanya yang lain menarik juga untuk dipelajari. http://funny-learning.blogspot.com/2008/10/grace-paley.html |
A Man Told Me the Story
of His Life (1985) oleh Grace Paley adalah cerpen yang sangat pendek (tidak sampai
satu halaman), yang dengan demikian sangat to
the point. Penuturan dalam cerpen ini seperti berbingkai, seseorang
menceritakan seseorang menceritakan kehidupannya (hlo?). Sehingga kita
mendapat kesan bahwa cerita tersebut disampaikan secara tidak langsung—what’s the point huh? Entahlah. Ada yang
jauh lebih menarik ketimbang persoalan point
of view.
“Man” yang dimaksud
dalam judul adalah Vicente. Ia sangat ingin menjadi dokter, dengan sepenuh
hatinya. Ia buktikan keinginannya itu dengan usaha, yaitu mempelajari ilmu
kedokteran. Segala tulang, segala organ, ia cari tahu fungsi dan cara kerjanya.
Tapi sekolahnya melihat prospek Vicente sebagai insinyur, maka tidak disarankan
baginya untuk menjadi dokter. Menyadari usianya yang masih begitu muda, 17
tahun, Vicente pun menyerah. Tapi sekolahnya ternyata tidak sungguh-sungguh,
karena pada akhirnya Vicente malah bekerja untuk militer sebagai juru masak.
Lama berselang, agaknya Vicente mensyukuri saja pekerjaannya. Ia sudah
memiliki tiga orang anak, dan seorang istri yang ia selamatkan hidupnya. Istrinya
pernah sakit, yang bahkan dokter pun tidak bisa mendiagnosisnya secara tepat.
Di sinilah hasrat Vicente untuk menjadi dokter mencapai kegunaannya. Vicente
yang telah mempelajari ilmu kedokteran, tahu apa yang harus dilakukan terhadap
istrinya. Bahkan dokter pun sampai heran, kok Vicente bisa tahu?
Heran ya. Padahal Vicente hanya mempelajari teori—buku. Ia
tidak berpraktik sebagai dokter. Tapi yang dokter betulan, yang dengan
demikian berpengalaman ketimbang Vicente, malah tidak tahu…
Bagaimanapun juga, saya menangkap amanat yang bagus dari
cerpen ini. Bahwa sekolah tidak bisa dipercaya, walaupun mungkin menentukan
nasib kita. Dan bahwa apa yang kita pelajari untuk mencapai impian, walau tidak
kesampaian, mungkin berguna suatu saat. Jadi teruslah berupaya demi cita-cita,
walau institusi pendidikan hendak melencengkan nasibmu!
Cerpen ini bisa dibaca di sini.
dari The Harper Anthology of Fiction oleh Sylvan Barnet, 1991, HarperCollins Publishers Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar