Pagi, Om. Pagi, Bibe. Tidur
enak? Mm… Lebih enak ketika bangun, Om. Tanggal merah. Papa sama Mama belum
pulang. Aku bisa putar kaset lagu-lagu tahun 80-an milik Mama, dan beraerobik sambil
mendengarkannya, yeah, sedikit, sebelum aku lihat Om online. Enak, Om. Om gimana? Banget, Bibe. Tanggal merah.
Ia bisa bermalam denganku. Anak-anaknya tidak rewel. Heboh sekali semalam,
Bibe, dia mau diapakan saja olehku, tapi sayang aku tidak mungkin menceritakannya padamu hahaha…. Lagi ngapain, Bibe? Ah, Om, aku habis
menonton videoklip Heart to Heart, lagu
yang Om bawakan di konser Om di IFI kapan itu, di Youtube. Kenny Loggins
ganteng sekali!, seperti Om, hehehe… Bagaimana aku bisa mengatakannya padamu? Aduh…
Masih malas-malasan, Om, hehehe… Om lagi
ngapain? Ia baru saja bangun, Sayang, membelai lembut wajahku, meletakkan dagunya di pundakku dan bertanya aku sedang apa. Aku jawab
saja sedang mengobrol denganmu, Bibe, anak kakak kelas kami saat SMA, kalau kau sudah
kuanggap sebagai anakku sendiri, dan, aku sudah malas mengatakan ini padanya
jadi kusimpan sendiri saja, aku juga mengharapkan anak dengannya. Dia
tubektomi, Bibe, kau tahu?, mungkin kau sudah mempelajarinya di Biologi. Eit…
dia mulai menciumi leherku, dia menginginkannya lagi. Sudah dulu, Bibe. Jadi entar sore? Selepas mengantarnya
pulang, aku akan menjemputmu, Sayang, kita cicipi kopi di kafe yang kemarin
kita bicarakan itu, yang katanya enak itu. Buzz!!! Cant wait that long! Yah. Dia
keburu offline. Kupangku pipi dengan
tangan. Kembang-kembang di hatiku pagi ini segar merona setelah kusiram.
jelang 8 pagi. 15 – 3 – 13.
apik. lanjutne dadi cerpen, Day.
BalasHapuswis dadi novel, Mbak. nuwun inggih sudi mampir :D
Hapus