Tulisan di bawah ini enggak ada hubungannya dengan keong sebetulnya. Meski kalau boleh disambung-sambungkan, yeah, ini adalah perkara menyentuh sesuatu yang kayaknya mending enggak disentuh...
|
Ia akan
kembali menutup hari dengan perasaan bersalah. Seperti biasa. Pada kedua
orangtua, pada dosen pembimbingnya, pada bude dan pakdenya, pada banyak lagi
yang ia kenal, yang mengharapkannya untuk segera meraih gelar sarjana.
Toh hari
itu pun ia buka dengan perasaan yang sama. Ragu apakah hari itu akan
mengerjakannya, ingin mengerjakannya.
Salat
subuh dirapel salat duha. Kepalanya berat. Beberapa malam ini ia menunggu
seseorang di Yahoo Messenger. Subuh sudah dekat, orang tersebut tidak kunjung online. Ia pun menyerah.
Orang itu,
satu-satunya orang yang menekankan padanya untuk segera menyelesaikan, karena
orang itu sendiri tidak menyelesaikan.
Sesungguhnya
ia ingin orang itu menemaninya lagi semalaman, mengerjakan dengan seolah-olah
di bawah pengawasan.
Skripsi.
Ia bergidik tiap kali ingat tenggat. Bulan depan. Oh. Bulan depan. Mengingat
sebulan lebih yang telah berlalu, yang telah disia-siakan, ia menyurukkan
kepala semakin dalam ke bantal.
Setelah
menyapu lantai bawah selama kurang lebih sejam, ia terdampar kembali di kasur.
Tidurnya selalu berbunga. Azan zuhur membangkitkannya. Ia mengayuh sepeda
sekian belas menit jaraknya, untuk membeli sayur dan lauk.
Lalu ia
duduk kembali di kursinya yang dapat berputar, di balik meja cokelatnya yang
lebar. Tidak lama lagi ia ingin menonton Cepot di STV. Ia merasa-rasa apa yang
ia ingin kerjakan untuk mengisi jeda. Skripsi? Tidak. Seperti tersengat listrik
tangannya saat menyentuh berkas-berkas itu, seperti dicolok tikus matanya saat
melahap rentetan data itu, seperti terpentung gada kepalanya saat mengingat tanggungan yang tidak kunjung diselesaikan itu.
Maka ia
memilih untuk menghitung halaman dari cerpen-cerpen dalam buku yang ia ingin
pelajari. Ia menyalin pengarang serta judul dari cerpen-cerpen dengan jumlah
halaman yang singkat ke buku
tulis, lengkap dengan nomor halaman. Ia tuliskan juga apa yang bisa ia lakukan
setelah mengunyah cerpen-cerpen tersebut.
Beberapa
menit lagi sebelum pertemuan dengan Cepot. Di seberang TV ia memindai halaman
demi halaman sebuah majalah mini. Petruk dengan rambut tergerai dan kopiah
muncul di layar. Semar. Cepot. Mereka membicarakan soal Tangkuban Perahu dalam
bahasa Sunda. Ia tidak paham per kata, tapi maksud yang ia tangkap telah dapat
menghiburnya.
Lalu ia
duduk kembali di kursinya yang dapat berputar, di balik meja cokelatnya yang
lebar. Ia merasa ingin menuliskan apa
yang membayanginya saat menyapu pagi tadi. Ia keluarkan bundelan kertas A5
berhiaskan tulisan tangannya. Sesorean itu ia membuat bundelan tersebut
bertambah tebal beberapa lembar. Comot awal dari Drop Out, kelanjutannya comot dari The Little Prince, lalu The
Perks of Being Wallflower dan It’s
Kind of a Funny Story, maka berikutnya masukkan unsur dari Welcome to the N. H. K., lantas Fight Club, tambah Norwegian Wood… hingga bagian di mana The Catcher in the Rye bakal berpendar. What a parody! Ia terkekeh. Ia hanya sedang menyarikan unsur-unsur
dari berbagai karya yang telah ada, yang menyuarakan angst dalam dirinya. Bagaimanapun unsur-unsur tersebut dapat menjadi bahan baginya
untuk membahas masalah yang tengah ia alami. Ya. Alih-alih memecahkan masalah,
ia lebih ingin membahas masalah tersebut dalam bentuk yang baru. Walau
keduanya sama-sama perkara menulis.
Setelah
magrib ia membuat beberapa tulisan lagi setelah hiatus sekian hari, sebagai
latihan atau sebagai mainan, ia tidak dapat memastikan. Yang jelas adakah skripsi
sebagai latihan atau sebagai mainan? Karena ia belum puas berlatih lagipun
bermain. Ia tidak tahu sampai kapan dan untuk apa—apa berguna? Ia tidak mau
tahu, pun tidak mau memendam kepercayaan. Ia ingin menulis yang bagus, tapi
yang ia bisa torehkan hanya keburukan tentang dirinya.
Tapi,
sekarang, ia masih menulis. Laku yang menunjukkan bahwa ia tidak menyerah. Tapi
bukan karena ia berani berambisi sehingga terus berusaha untuk menggapainya. Ia
sekadar mengikuti dorongan. Lagipula apa yang ia tulis bukanlah apa yang seharusnya ia tulis. 11.06-11.51pm
Aku pinjam The Cathcer in The Rye dong, Day.
BalasHapus