Deraz kembali menyapa dan menegur Zahra. Tetapi gadis itu
hanya mengangkat kepala sekilas lalu menunduk lagi dan menanggapi Deraz dengan
gumaman. Ketika Deraz kembali menanyakan pelajaran, Zahra tidak tersenyum atau
tersipu seperti biasanya. Pada jam istirahat, Deraz hendak membagi bekalnya,
tetapi gadis itu malah permisi karena hendak mengikuti akhwat-akhwat DKM ke
masjid untuk salat duha.
Deraz maklum ini gara-gara sikapnya
yang belakangan.
Namun ketika Deraz berinisiatif
untuk mengantar Zahra sampai ke gerbang sepulang sekolah, gadis itu tetap
hampir-hampir tidak responsif. Zahra seperti sudah benar-benar memasang benteng
untuk “jaga pandangan”.
Terpikir oleh Deraz untuk mengirim
SMS pada Zahra di luar keperluan yang biasa. Mungkin ketika Deraz sedang
mengerjakan PR atau mempersiapkan ulangan di rumah, ia bisa menanyakannya lewat
SMS pada Zahra. Tetapi, biasanya itu cukup di sekolah. Lagi pula, kalau cuma
dijelaskan lewat SMS memangnya bisa benar-benar mengerti? Bagaimana kalau
menelepon sekalian? Tetapi rasanya aneh kalau tiba-tiba menelepon padahal
biasanya tidak pernah, dan ini bukan urusan yang urgen pula.
Bagaimana kalau sekadar “hai, lagi
apa?”? Tetapi, Deraz tidak pernah mengirimkan SMS iseng semacam itu pada siapa
pun. Pasti memalukan.
Ia mengambil ponselnya
berkali-kali, mengetikkan sesuatu pada kolom pesan, menghapusnya lagi, mengetik
lagi, memasukkan nomor Zahra, menghapus lagi semuanya, menyingkirkan ponselnya
jauh-jauh.
Dengan sikap Zahra yang begitu,
Deraz menjadi segan untuk kembali mengangkat dagu gadis itu dengan pensil atau
apa pun. Ia ingin melihat Zahra tersenyum lagi, tetapi bagaimana caranya? Apa
kira-kira yang bakal Dean lakukan dalam keadaan seperti ini? Biasanya Dean
pandai membuat orang tertawa.
Oh, tetapi tidak untuk Zahra. Dean
bakal membuat Zahra cemberut maksimal. Deraz menyingkirkan Dean dari benaknya.
Kapan pun sempat, Deraz memandangi
Zahra, berharap gadis itu menoleh, sehingga pandangan mereka bertumbuk. Tetapi
ketika itu terjadi, dan Deraz tersenyum, Zahra malah menundukkan kepalanya
dalam-dalam. Deraz ikut-ikutan menunduk karena ingin melihat apakah Zahra
diam-diam tersenyum lagi. Tetapi yang terlihat malah bibir Zahra yang
mengerucut.
Deraz lega ketika mendapat
dispensasi lagi. Setidaknya untuk sementara waktu ia bisa terhindar dari
kecanggungan bersama Zahra. Tiba juga kesempatannya untuk mengirim SMS lagi
pada gadis itu walau cuma untuk menanyakan kabar di kelas. Setelah Zahra
menjawab, biasanya Deraz hanya akan membalas dengan “Terima kasih” yang
ditanggapi dengan “Sama2” dan setelah itu percakapan berakhir. Tetapi kali ini
Deraz membalas dengan “Kamu sudah mengerjakan?” yang dijawab dengan “Lagi
ngerjain”. Setelah itu Deraz tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Ia
memikirkan beberapa alternatif balasan, tetapi tidak satu pun yang jadi
dikirimnya.
Deraz membaca ulang diary Zahra. Bukankah Zahra juga
memendam perasaan yang sama dengan dirinya? Apa Zahra juga menyangkal perasaan
itu? Bagaimana jika Deraz menembak Zahra langsung? Maksudnya, bukan untuk
menjadikan Zahra pacarnya atau apa. Nein,
no, tidak. Deraz hanya ingin memulihkan keadaan seperti semula, sampai
Zahra tersenyum lagi padanya, memperdengarkan lagi suaranya yang imut,
mengulang lagi masa indah yang baru berlangsung dengan sangat-sangat-sangat
singkat itu. Setelahnya, Deraz tidak tahu. Yang penting, Zahra tidak lagi
merasa tidak nyaman dengan kehadirannya.
Saat membaca ulang diary Zahra itulah, mata Deraz tertumbuk
pada nama “Kang Hilman”. Siapa itu Kang Hilman? Kenapa baru sekarang nama itu
tertangkap olehnya? Memang pada awalnya Deraz membaca diary Zahra dengan meloncat-loncat. Malah setelah beberapa halaman
ulasan drama Korea, Deraz hanya mencari namanya sendiri saja dalam diary itu.
Kang Hilman udah jarang datang lagi ke rumah.
Siapa itu Kang Hilman? Deraz
menyadari bahwa boleh saja cewek-cewek fetish
satu SMANSON menobatkan ia sebagai cowok paling tampan, tetapi itu tidak
menihilkan fakta bahwa ada banyak ikan di lautan, bintang di angkasa. Seperti
apa Kang Hilman itu? Apakah ia lebih pintar? Apakah ia lebih jujur terhadap
perasaannya? Ada puluhan ribu hasil pencarian terhadap Kang Hilman di Google!
Kang Hilman yang mana yang dimaksud Zahra? Deraz memindai tulisan Zahra dari
halaman pertama sampai halaman terakhir, mencari nama orang itu lagi. Tetapi
tidak ada informasi lebih lanjut tentang dia.
Deraz bahkan menelusuri Takuya
Kimura, yang namanya dalam diary
Zahra lebih banyak disebut daripada Kang Hilman. Apa selera Zahra itu
sesungguhnya orang Jepang? …Alf? Tetapi wajah si kepala suku jauh berbeda
dengan aktor Jepang itu.
Jangan-jangan diam-diam Zahra sudah
punya pacar. Mungkin ia punya diary
berbeda untuk menulis tentang pacarnya itu. Jangan-jangan Zahra tidak sealim
penampakannya. Mungkin Kang Hilman itu pacarnya, dan Zahra keceplosan menyebut
dia dalam diary yang satu lagi—yang
biasa dibawanya ke sekolah. Mungkin Kang Hilman itu cowok dari SMP Zahra dulu,
atau tetangganya.
Atau mungkin Takuya Kimura itu nama
samaran untuk pacar Zahra. Mungkin pacar Zahra itu wajahnya mirip Takuya
Kimura. Deraz memindai sekali lagi nama Takuya Kimura dalam diary Zahra, dan kali ini dengan membaca
paragraf yang bersangkutan kata demi kata. Sepertinya Takuya Kimura yang
dimaksud Zahra memang yang aktor drama.
Mungkin yang dimaksud Zahra dengan
“jaga pandangan” itu ialah menjaga dirinya dari cowok lain, karena ia sudah
punya pacar. Bahkan walaupun boleh jadi Deraz lebih baik daripada pacarnya itu,
tetapi Zahra tipe cewek yang setia.
Ketika berkaca saat pagi sebelum
berangkat ke sekolah, Deraz menghabiskan waktu lebih lama. Ia menatap bayangan
dirinya. Apakah yang salah dengan dirinya? Jerawat? Komedo? Ketombe? Tidak ada.
Bunda rajin meneliti dan merawat penampilan anak-anaknya, memilihkan produk
yang tepat untuk kulit dan rambut mereka, mengingatkan untuk membersihkan muka,
dan sebagainya. Malah Deraz yang kerap sebal ketika Bunda memaksa untuk
membubuhkan losion pada wajahnya yang sedang berjerawat.
Apa sebenarnya ia tidak setampan
yang dikatakan orang-orang? Apa selama ini mereka memang cuma meledeknya?
Mungkin mereka tidak menyukai salah satu sifatnya, sehingga menjadikan “tampan”
sebagai kata ejekan baru. Deraz menyadari bahwa tidak semua orang menyukai
dirinya. Banyak orang mengaguminya, cewek-cewek menyukai fisiknya, tetapi
mereka hanya melihat permukaannya. Keluarganya serta anak-anak di OSIS atau
ekskul lebih tahu sisi lain dirinya. Jangan-jangan ada satu kejelekan dirinya
yang terlihat oleh Zahra, dan itu sangat penting bagi gadis itu. Jangan-jangan
Zahra juga membuat daftar kekurangan dirinya, yang jadinya sangat panjang?!
Lalu Deraz menjadi bukan apa-apa di mata Zahra, bahkan menjijikkan hingga gadis
itu tidak mau melihat padanya lagi untuk selamanya.
Pada saat yang lain Deraz
memikirkan kemungkinan bahwa Zahra juga ingin berfokus pada studinya. Walaupun
Zahra mengatakan dalam diary bahwa
kehadiran Deraz meningkatkan semangat belajar, tetapi boleh jadi kemudian ia
menyadari bahwa lama-lama itu malah membuatnya sulit berkonsentrasi seperti
yang Deraz alami. Boleh jadi Zahra juga tidak ingin pacaran.
Tetapi, Deraz tidak hendak mengajak
Zahra pacaran. Deraz hanya ….
Deraz tidak tahu.
Mungkin ia hanya akan membiarkan
keadaan itu berjalan apa adanya tanpa mengganggu apa pun rencananya untuk masa
depan. Ia akan berusaha supaya keduanya dapat berjalan seiring seirama.
Bukankah Bunda yang panutannya juga demikian: berkarier, berkeluarga, namun
tetap cantik dan wangi sepanjang hari? Semua-muanya dapat Bunda lakukan, kenapa
Deraz tidak? Deraz anak Bunda, tentu bisa begitu juga. Malah, jika keberadaan
Deraz dapat meningkatkan motivasi belajar Zahra, maka kenapa tidak keberadaan
gadis itu melejitkan semangatnya dalam menggapai semua cita-citanya? Malah, ….
Deraz membayangkan rumah masa depannya itu tidak akan dihuninya seorang diri.
Jika berbagai spekulasinya benar,
bahwa Zahra diam-diam punya pacar dan tipe cewek yang setia, atau ingin
berfokus pada studinya saja, entah kenapa semua itu sifat yang baik bagi Deraz.
Tidak ada yang salah pada diri cewek itu. Ia hanya perlu mengalihkan fokus dan
kesetiaannya pada Deraz saja.
Aduh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar