Anak-anak tahun kedua di SMA-SMA negeri
di Kota Bandung biasa mengadakan kunjungan ke Bali dengan label tur budaya atau
TURBUD. Tetapi pada tahun itu ada semacam moratorium sehingga tujuan TURBUD
SMANSON dialihkan ke Anyer.
Di bis XI IPA 9 yang baik siswa
maupun siswi berjumlah ganjil, Deraz tidak memiliki teman sebangku. Ia tahu
sedari awal Zahra tidak hendak mengikuti TURBUD dengan alasan tidak ada biaya.
Kalaupun Zahra mampu mengikuti TURBUD, dengan keadaan yang sekarang, tidak
mungkin mereka duduk sebangku di bis. Apa lagi yang bisa diharapkan? Dada Deraz
masih biru dan ngilu.
Tetapi, seandainya keadaannya
lain—Zahra tidak pernah bergabung dengan DKM—mereka bisa ….
Deraz menyalakan walkman. Di dalamnya ada kaset kompilasi pinjaman Ipong yang lain
lagi—tidak mengandung lagu yang Deraz pikir pas untuk menembak Zahra. Beberapa
lama lagu-lagu di kaset itu berhasil mengalihkan pikiran Deraz.
If you are not mine then why does
your heart return my call?
Deraz ingat lagu ini populer ketika
ia SMP, sepertinya sewaktu ia kelas satu.
I don't want to run away but I can't
take it, I don't understand
If I'm not made for you then why does
my heart tell me that I am?
Is there any way that I could stay in your arms?
Lagu apa sih ini?
If I don't need you then why am I
crying on my bed?
If I don't need you then why does
your name resound in my head?
If you're not for me then why does
this distance maim my life?
If you're not for me then why do I
dream of you as my wife?
Deraz memalingkan pandangan ke
jendela. Kenapa ia tidak bisa melihat dengan jelas padahal cuaca cerah?
I don't know why you're so far away
But I know that this much is true
We'll make it through
And I hope you are the one I share my life with
And I wish that you could be the one I die with
And I'm praying you're the one I
build my home with
Matikan, Deraz, matikan! Atau forward.
I hope I love you all my life
Deraz memencet tombol forward.
'Cause I miss you, body and soul so
strong that it takes my breath away
And I breathe you into my heart and
pray for the strength to stand today
'Cause I love you, whether it's wrong or right
And though I can't be with you tonight
You know my heart is by your side[1]
Masih lagu yang sama!
Deraz memencet tombol forward lagi. Barulah lagu berganti.
Dalam kepanitiaan TURBUD, Deraz tidak
memegang tugas penting. Maka, setelah salat asar berjemaah, alih-alih bergabung
bersama anak-anak yang hendak entah apa, ia menyelinap ke luar penginapan. Ia
menyusuri jalan yang berbatasan dengan pantai dan baru berhenti ketika
menemukan area yang sepi. Ia memasuki pantai lalu duduk memandang laut.
Mulailah ia memikirkan cerita Bunda
berikut pernikahan-pernikahan yang terjadi di keluarganya. Barangkali Opa Buyut
memang bukan orang yang beragama sehingga keluarga Oma Buyut menyingkirkannya.
Tetapi Deraz telah berusaha menjalankan dengan sebaik-baiknya ajaran
Islam—agama yang sama dengan yang dianut Zahra. Lalu apa yang salah? Kenapa
anak-anak DKM menjadikannya pelik? Seakan-akan Tuhan melarang manusia bercinta
jika belum siap finansial dan mental. Kalau untuk demikian harus menikah dulu,
memangnya pernikahan itu gampang? Ayah saja bisa bercerai.
Di sisi lain, tebersit harapan Deraz
untuk kembali bersama dengan Zahra. Kalau tidak dalam waktu dekat ini, mungkin
nanti ketika mereka sama-sama sudah siap finansial dan mental pada usia sekitar
tiga puluh tahun seperti Ayah dan Bunda. Kalau tidak begitu, kemungkinan ketika
usia Deraz mendekati kepala empat Bunda akan mencarikannya “Nona Anna”—seperti
yang dilakukan orang tua Opa Andre. Tetapi, bagaimana jika Deraz baru bertemu
dengan Zahra lagi ketika ia sudah menikahi “Nona Anna”—pada usia enam puluhan
tahun seperti Opa Buyut dan Oma Buyut? Mungkinkah ia menceraikan “Nona Anna”
demi bersama Zahra—seperti Ayah menceraikan istri yang dulu?
Tetapi, bagaimana jika justru Zahra
yang terganti? Bagaimana jika perjalanan hidup mempertemukannya dengan
perempuan yang lebih menarik daripada Zahra?
Memangnya ada?
Tidak. Deraz tidak akan seperti Ayah,
yang menikah sampai dua kali, yang penghasilan istrinya jauh
lebih besar, yang uring-uringan ketika tidak ada lalap di meja makan, yang
nyinyir terhadap kemewahan—terlepas dari betapa banyaknya orang yang bilang ia mirip Ayah. Tidak. Ia
lebih seperti Bunda, yang berpendidikan tinggi di luar negeri dan senang
bekerja, yang pasangannya cuma satu seumur hidup, yang mampu membelikan diri
dan orang-orang yang dikasihinya barang-barang terbaik, yang pandai membuat
roti dan teh herbal sehingga enak sekali.
Deraz akan kembali mengejar cita-cita masa depannya. Ketika semua itu tercapai,
ia akan bertemu Zahra lagi. Mereka akan menertawakan masa SMA yang penuh
kebodohan dan kekonyolan. Lalu Zahra akan menyadari yang telah diluputkannya
dan tidak akan melepas Deraz untuk selama-lamanya. Lalu mereka akan menghabiskan
masa tua yang tenang dan penuh kedamaian di pedesaan ditemani anjing penjaga
yang pemberani tetapi lucu. Tunggu. Tidak mungkin Zahra menyukai anjing. Mungkin Zahra akan
menyukai kucing. Tetapi Adrenalin membuat Deraz memandang semua kucing
sama menyebalkan. Mungkin kuda. Atau llama. Memangnya mereka bakal tinggal
di mana? Mudah-mudahan saat itu Zahra belum keburu diambil ikhwan yang kebelet
menikah muda.
Sebenarnya, Deraz terkagum-kagum pada
kisah Opa Buyut dan Oma Buyut. Mereka bisa bertemu lagi setelah puluhan tahun
berpisah. Mereka pun meninggal dalam waktu yang berdekatan, selangnya hanya
beberapa bulan. Seakan-akan yang satu tidak rela ditinggal yang lain sehingga
menyusulnya. Bukankah begitu yang dinamakan cinta sejati—tidak terputus oleh waktu?
Sesaat Deraz hendak menyimpulkan
bahwa cinta bisa terganti—seperti cinta Ayah pada istrinya yang dulu beralih pada Bunda—tetapi bisa juga sejati—seperti cinta
Opa Buyut dan Oma Buyut. Deraz ingat ketika ia menaburkan abu Opa Buyut di atas
kubur Oma Buyut. Sedang apakah mereka kini? Apakah mereka bersatu lagi di alam
sana? Tetapi, apakah yang dimaksud Zahra waktu itu bahwa perasaan tersebut
terbatas hanya di dunia? Apakah itu berarti cinta Opa Buyut dan Oma Buyut tidak
langgeng sampai di akhirat? Untuk apakah diciptakan rasa cinta, jika itu hanya
menyesatkan manusia?
Deraz tidak pernah lupa mendoakan Opa
Buyut dan Oma Buyut seusai salat walaupun hatinya bergelut dengan sejuta
pertanyaan. Deraz tidak pernah melihat mereka beribadah secara Islam. Bisakah
mereka masuk surga? Bagaimana dengan Renata yang nonmuslim tetapi rajin
beribadah menurut agamanya sendiri? Kenapa harus beribadah jika yang tidak
beribadah saja dapat masuk surga? Kenapa agama yang diterima di sisi Allah
hanya Islam? Bukankah Dia juga yang menciptakan manusia lain yang mengadakan
agama lain? Apakah Dia sengaja menciptakan manusia-manusia semacam itu hanya
untuk menjadi bahan bakar neraka? Jika Dia Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
kenapa Dia menciptakan kejahatan dan penderitaan? Kenapa …. Kenapa …. Kenapa ….
Semakin ia mengetahui tentang Islam, pertanyaannya bukannya terjawab malah
bertambah-tambah.
Deraz pusing. Sejenak ia mengalihkan
tatapan dari ombak ke sekitarnya dan mendapati di kejauhan sepasang sosok yang
bertempel. Deraz menyipitkan mata dan terkejut. Mereka berciuman?!
Deraz mengembalikan pandangannya pada
ombak. Namun sejurus kemudian kepalanya menoleh lagi pada pasangan itu. Mereka
masih berciuman! Deraz takjub menyadari bahwa berciuman bisa selama itu.
Teringat oleh Deraz pemandangan aneh
yang suatu kali terjadi di rumahnya sendiri. Saat itu akhir pekan setelah ISDC.
Padahal Deraz sudah menyetel alarm supaya bisa lari sehabis salat subuh, tetapi
ia malah bangun pukul sepuluh. Terseok-seok Deraz keluar dari kamar. Sesaat ia cuma
berputar-putar, tidak mendapati siapa pun lagi di rumah.
Tetapi ketika ia mengarah ke pintu
Perancis yang berbatasan dengan halaman belakang, terlihat ada orang di saung
tempat Ayah kerap merokok malam-malam. Dua orang. Deraz mendekatkan matanya ke
kaca dan mengenali bahwa itu Dean dan …. Bukankah pacar Dean yang berambut
panjang bergelombang? Tetapi cewek yang bersama Dean itu berambut pendek lurus
model bob.
Deraz terjaga sepenuhnya setelah
beberapa lama mengamati yang sedang dilakukan Dean dan cewek itu, dan menyadari
bahwa ia telah melewatkan salat subuh. Setelah salat dua rakaat, Deraz
melakukan kalistenik di kamar sampai mendengar azan zuhur. Ketika ia keluar
lagi dari kamar, Dean dan cewek itu telah menghilang.
Melihat pemandangan begitu lama-lama
menjengkelkan Deraz. Apalagi langit senja matahari jingga melatari pasangan itu
seperti yang mendukung. Ia mau memegang tangan Zahra saja susahnya minta ampun!
Ia menjejakkan kaki dan kembali ke penginapan.
Seusai salat magrib, Deraz disergap
anak-anak OSIS. Mereka melempari Deraz bahan-bahan yang bila berada di
tangannya dapat menjadi roti, sembari menyelamati atas keberhasilannya lolos
seleksi AFS. Tentu saja Deraz pura-pura senang. Tidak lupa ia mengejar dan
mengenai anak-anak lain supaya mereka ikut kotor.
Setelah mandi untuk ketiga kali hari
itu, dengan amis telur yang tidak mau menghilang, Deraz bergabung di ruang
prasmanan yang dilengkapi dengan panggung karaoke. Anak-anak OJOMBAS atau OSIS Join KOMBAS menguasai panggung memulai
lomba karaoke antarkelas yang memang sengaja dadakan supaya seru.
Entah dari kelas mana mengalunkan
“Kegagalan Cinta” Rhoma Irama. Deraz bukan pendengar
dangdut, tetapi bait pertama lagu tersebut langsung mengena.
Cukup sekali aku merasa kegagalan cinta
Betapapun ia tidak menghendaki,
telinganya terus mengikuti lagu itu.
Baru pertama bercinta sudah menderita
Deraz bersandar pada dinding
sembari bersedekap seakan-akan dengan begitu datar dan dinginnya tembok akan meresap ke
wajahnya. Padahal anak-anak lain pada tertawa menyaksikan
cowok-cowok yang bergoyang dengan sok gemulai di depan panggung.
Kalau tahu begini akhirnya
Tak mau dulu ku bermain cinta
Di seberang ruangan Deraz melihat Dean dan pacarnya yang Sekretaris Umum OSIS sedang bercakap-cakap. Dean mengenakan kaus oranye pupus dan celana loreng sedangkan Rieka
bergaun kembang-kembang cokelat besar. Deraz tertegun ketika mengenali warna
pakaian mereka persis seperti yang dilihatnya sore tadi di pantai. Ia
memalingkan pandangan seraya berdesah.
Ya nasib, ya nasib, mengapa begini ….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar